SIARAN PERS: BADAN POM RI TURUT DUKUNG PENGEMBANGAN INDUSTRI DAN DAYA SAING COKELAT INDONESIA
Paris – Pengembangan Industri Dan Daya Saing Cokelat Indonesia: Setiap tahun, pada bulan November, Paris menyelenggarakan pameran cokelat atau Salon Du Chocolat, suatu acara terkemuka yang menjadi ajang pengenalan budaya setiap negara yang berkaitan dengan cokelat. Dikenal sebagai acara terbesar di dunia yang didedikasikan untuk cokelat dan kakao, Salon Du Chocolat wajib dikunjungi bagi para pecinta cokelat.
Tahun 2019, Salon Du Chocolat diselenggarakan pada 30 Oktober – 3 November di Pusat Pameran Porte de Versailles Paris dan diikuti oleh lebih dari 500 peserta pameran dari hampir 60 negara, termasuk Indonesia. Meningkat dari tahun 2017 dimana hanya dua peserta pameran, tahun ini Paviliun Cokelat Indonesia di Salon Du Chocolat menghadirkan lima peserta pameran. Kelima peserta tersebut adalah PT. Bali Coklat (Pod Junglempire), Biji Kakao Trading Ltd, Ewwon Indonesia, PT. Aneka Coklat Kakoa (Krakakoa) dan PT. Timor Mitraniaga (Sumba Cacao Farm).
“Berbicara tentang cokelat, Indonesia adalah salah satu produsen kakao top dunia, dan saat ini mulai banyak cokelat berkualitas buatan nusantara,” ujar Kepala Badan POM, Penny K. Lukito yang hadir pada acara Salon Du Chocolat, Rabu (30/10). Kepala Badan POM turut memotong pita tanda launching Pavilion Cokelat Indonesia bersama dengan Duta Besar LBBP RI untuk Perancis merangkap Andorra, Monako, serta Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, YM Arrmanatha Christiawan Nasir dan Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat.
Lebih lanjut Penny K. Lukito menyampaikan bahwa dalam beberapa dekade terakhir cokelat telah didukung dengan sistem pertanian organik dan berkelanjutan. “Dengan perubahan ini, sekarang Indonesia dapat memproduksi beberapa coklat terbaik dunia dari kakao berkualitas,” lanjutnya.
Kehadiran Badan POM pada pameran ini sendiri adalah untuk memberikan dukungan kepada peserta pameran dan industri cokelat Indonesia. “Kami menjamin setiap makanan olahan Indonesia, termasuk cokelat, telah melalui proses penilaian yang ketat. Tidak ada keraguan bahwa keamanan dan kualitas produk cokelat Indonesia telah terstandarisasi,” tegas Penny K. Lukito.
Indonesia sebagai negara terbesar ketiga di dunia dalam hal menghasilkan kokoa tidak hanya mengekspor biji kokoa mentah, beberapa produk olahan kokoa juga telah diekspor ke ratusan negara di dunia. Data Badan POM menunjukkan dalam kurun waktu tiga tahun (2016 – 2019) Indonesia telah menerbitkan rata – rata 1.200 Surat Keterangan Ekspor (SKE) ke lebih dari 100 negara. Produk tersebut terdiri dari Cokelat Padat, Cokelat Bubuk, Cokelat Pasta, Cokelat Butiran dan Cokelat Coating (Bar). Produk olahan cokelat tersebut paling banyak diekspor ke negara – negara Asia, Timur Tengah, Afrika dan Eropa.
Tidak hanya terhadap industri cokelat, beberapa tahun terakhir Badan POM terus melakukan berbagai terobosan untuk mendorong pengembangan industri pangan olahan. “Standar-standar dan kemudahan izin untuk ekspor telah diperbaiki dan layanan bersifat online, transparan, jadi tidak perlu lewat calo, bahkan lebih cepat,” jelas Kepala Badan POM.
Khusus untuk produk pangan olahan yang akan diekspor, saat ini Badan POM telah memberikan fasilitas berupa aplikasi SKE secara online, digital signature untuk percepatan mendapatkan dokumen SKE produk pangan, dan fasilitas Export Consultation Desk (ECD). “SKE yang berupa health certificate dan certificate of free sale ini merupakan surat keterangan yang digunakan untuk produk yang akan ekspor, dan yang menyatakan bahwa produk itu layak konsumsi dan telah bebas diperjualbelikan di Indonesia,” jelasnya.
Penny K. Lukito menambahkan, langkah tersebut juga merupakan bagian dari upaya Badan POM untuk mendukung terciptanya investasi yang mendukung iklim ease of doing business, efisiensi penilaian di pre-market, dan peningkatan efektivitas pengawasan di post-market, baik melalui deregulasi, simplifikasi proses registrasi, sertifikasi fasilitas hingga pembinaan dan pendampingan kepada perusahaan, termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pangan.
Badan POM terus gencar melakukan pembinaan pelaku usaha pangan dengan melakukan pendampingan intensif dan sosialisasi keamanan pangan sebagai bentuk dukungan terhadap perkembangan UMKM. Saat ini Badan POM telah melakukan pembinaan terhadap puluhan ribu UMKM pangan secara nasional. Badan POM juga telah bekerja sama dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) untuk meningkatkan daya saing UMKM melalui Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) mengenai pemenuhan persyaratan keamanan dan mutu pangan. Kegiatan KIE terkait ekspor juga dilakukan oleh Badan POM dan Direktorat Jenderal Bea Cukai utk para pelaku usaha, disamping kerja sama dalam hal penyusunan regulasi dan koordinasi pelaksanaan kegiatan perizinan pengeluaran barang guna memberikan kemudahan ekspor bagi pelaku usaha.
Ke depan Badan POM terus memperkuat kerja sama dengan beberapa pemangku kepentingan terkait nasional untuk mendukung daya saing coklat Indonesia ke pasar internasional termasuk dengan KADIN dan Direktorat Jenderal Bea Cukai.
“Diharapkan dengan kehadiran Badan POM pada pameran ini dapat lebih memotivasi pelaku usaha cokelat agar tidak ragu mendaftarkan pangan olahannya ke Badan POM dengan segala kemudahan yang sudah dipersiapkan.” tutup Kepala Badan POM.
Sumber : Klik DI SINI